about my life

Waktu terus berjalan, belajarlah dari masa lalu,
bersiaplah tuk masa depan, selalu berikan yg terbaik untuk hari ini.
Selalu berpikir positif, jadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman hidup yg berharga tuk menjalani hari esok.


So buat temen-temen mari kita Bersahabat
follow me twitter @robin_ys
facebook http://www.facebook.com/robin.ys

Selasa, 25 Juni 2013

MENGAPA PERNYATAAN “GENOM MANUSIA 99% SAMA DENGAN GENOM KERA” TIDAK BENAR, DAN HAL INI MEMBUKTIKAN BAHWA EVOLUSI TIDAKLAH BENAR?



Banyak sumber-sumber evolusionis yang dari waktu ke waktu menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kesamaan sebesar 99% pada informasi genetis keduanya, dan bahwa ini adalah bukti evolusi. Pernyataan evolusionis ini terutama terpusat pada simpanse, dan menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat dengan manusia, dan oleh karena itu terdapat hubungan kekerabatan di antara keduanya. Namun, ini adalah bukti palsu yang diajukan kaum evolusionis yang memanfaatkan ketidaktahuan orang awam akan masalah ini.


Pernyataan tentang adanya kesamaan
99% adalah propaganda menyesatkan

Sudah sekian lamanya kaum evolusionis menyebarluaskan tesis –yang belum terbukti– yang menyatakan bahwa terdapat sangat sedikit perbedaan genetis antara manusia dan simpanse. Dalam setiap bahan bacaan evolusionis, Anda dapat membaca kalimat semacam “kita 99% sama persis dengan simpanse” atau “hanya 1% DNA yang menjadikan kita manusia”. Walaupun belum ada perbandingan yang pasti antara genom manusia dan simpanse, ideologi Darwinis mendorong mereka untuk percaya bahwa terdapat sangat sedikit perbedaan di antara kedua spesies itu.
   Sebuah studi di tahun 2002 mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini – seperti dalam banyak perihal lainnya – adalah sepenuhnya tidak benar. Manusia dan simpanse tidaklah “99% sama” seperti kata dongeng evolusionis. Kesamaan genetis ternyata tak sampai 95%. Dalam berita CNN.com berjudul “Manusia, simpanse lebih berbeda daripada yang diduga”, dikatakan:

Terdapat perbedaan yang lebih banyak antara simpanse dan manusia daripada yang semula diyakini, demikian menurut sebuah studi genetis.
Para ahli biologi telah lama meyakini bahwa gen manusia dan simpanse sekitar 98,5% sama persis. Tetapi Roy Britten, seorang biologiwan di California Institute of Technology, berkata dalam sebuah studi yang diterbitkan minggu ini bahwa cara baru pembandingan gen memperlihatkan bahwa kesamaan genetis antara manusia dan simpanse hanyalah sekitar 95 persen.
Britten mengambil kesimpulan ini berdasarkan sebuah program komputer yang membandingkan 780.000 dari 3 miliar pasang basa dari heliks DNA manusia dengan yang ada pada simpanse. Ia menemukan lebih banyak ketidakcocokan daripada yang ditemukan para peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa DNA adalah berbeda.
Ini membuatnya berkesimpulan bahwa terdapat sekitar 5% perbedaan genetis mendasar antara kedua spesies. 25
New Scientist, sebuah majalah ilmiah terkemuka sekaligus pendukung gigih Darwinisme, melaporkan hal yang sama berikut, dalam tulisan yang berjudul “Perbedaan DNA manusia dengan simpanse kini tiga kali lebih besar”:
Ternyata kita lebih berbeda daripada dugaan semula, demikian menurut hasil perbandingan terkini atas DNA manusia dan simpanse. Telah lama diyakini bahwa kita memiliki 98,5 persen kesamaan bahan genetis dengan saudara terdekat kita. Sekarang, tampaknya ini tidak benar. Nyatanya, kita memiliki kesamaan bahan genetik tak sampai 95%, yang berarti peningkatan tiga kali lipat dalam hal variasi antara kita dengan simpanse. 26
Ahli biologi Boy Britten, serta para evolusionis lain, terus mengkaji hasil tersebut berdasarkan teori evolusi, walaupun sebenarnya tidak ada alasan ilmiah untuk itu. Teori evolusi tidak didukung oleh catatan fosil maupun data genetis atau biokimia. Sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa berbagai makhluk hidup muncul di Bumi secara tiba-tiba tanpa adanya nenek moyang evolusioner, dan bahwa sistem kompleks pada makhluk hidup itu membuktikan adanya “rancangan cerdas”.


DNA manusia juga serupa dengan DNA
ayam, cacing dan nyamuk!

Sebagai tambahan, protein-portien dasar seperti yang telah diungkapkan di atas adalah molekul vital yang serupa dan umum dijumpai bukan saja pada simpanse, melainkan juga pada banyak makhluk hidup yang amat berbeda. Struktur protein pada semua spesies ini amat serupa dengan protein pada manusia.
Sebagai contohnya, analisa genetis yang diterbitkan dalam New Scientist telah mengungkapkan 75% kesamaan antara DNA cacing nematoda dan DNA manusia.27 Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa perbedaan antara cacing tersebut dengan manusia hanya sebesar 25%!
Sebaliknya, dalam sebuah penemuan lain yang juga telah terbit di media, dinyatakan bahwa hasil pembandingan antara gen lalat buah genus Drosophila dengan gen manusia menunjukkan kesamaan sebesar 60%. 28
Bila makhluk hidup selain manusia dikaji, tampak tidak ada hubungan molekuler seperti yang dikemukakan para evolusionis.29 Fakta ini menunjukkan bahwa konsep kesamaan bukanlah bukti evolusi.


Sebab timbulnya kesamaan: “Satu
Rancangan Untuk Semua”

Tentu saja wajar apabila tubuh manusia memiliki kesamaan molekuler dengan makhluk hidup lainnya, karena molekul penyusun tubuh makhluk hidup adalah sama, air dan udara yang dikonsumsi adalah sama, makanan makhluk hidup tersusun dari molekul yang sama. Tentu saja, metabolisme makhluk hidup, dan dengan begitu sekaligus susunan genetisnya, akan serupa satu sama lain. Akan tetapi hal ini bukan bukti bahwa makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang.
“Kesamaan materi” ini bukan hasil proses evolusi, melainkan hasil “kesamaan rancangan”, yaitu makhluk hidup diciptakan berdasarkan satu rencana yang sama.
Untuk menjelaskan hal tersebut, kita dapat mengambil contoh berikut: semua bangunan di dunia ini terbuat dari bahan yang serupa (batu-bata, besi, semen, dst.). Akan tetapi, tidak berarti satu bangunan berevolusi dari bangunan lainnya. Bangunan-bangunan itu didirikan secara terpisah dengan menggunakan bahan-bahan yang sama. Demikian pula halnya dengan makhluk hidup.
Namun, tentu saja struktur makhluk hidup yang kompleks itu tidak bisa dibandingkan dengan apa yang ada pada jembatan.
Makhluk hidup tidak tercipta sebagai hasil peristiwa-peristiwa kebetulan tanpa disengaja, seperti pernyataan teori evolusi, tetapi merupakan hasil ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Pemilik pengetahuan dan kearifan yang tak terhingga.
 resume: http://www.harunyahya.com/

Tidak ada komentar: