about my life

Waktu terus berjalan, belajarlah dari masa lalu,
bersiaplah tuk masa depan, selalu berikan yg terbaik untuk hari ini.
Selalu berpikir positif, jadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman hidup yg berharga tuk menjalani hari esok.


So buat temen-temen mari kita Bersahabat
follow me twitter @robin_ys
facebook http://www.facebook.com/robin.ys

Selasa, 25 Juni 2013

HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAN?



Seperti telah ditunjukkan dalam semua pertanyaan yang telah kami paparkan sejauh ini, teori evolusi benar-benar bertentangan dengan berbagai penemuan ilmiah. Teori ini, yang lahir pada saat tingkat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, telah digugurkan oleh berbagai penemuan ilmiah secara berturut-turut.
Kaum evolusionis, yang secara membabi-buta mendukung teori tersebut, mencari jalan keluar dengan ungkapan dusta, karena tidak ada lagi dasar ilmiah yang tersisa. Yang paling sering dilakukan adalah penggunaan ucapan yang seringkali dilontarkan “penciptaan adalah keyakinan atau iman, jadi bukan bagian dari ilmu pengetahuan”. Selanjutnya, pernyataan ini menegaskan bahwa evolusi adalah teori ilmiah, sedangkan penciptaan hanyalah sebuah keyakinan. Namun, pengulangan ucapan “evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan” sebenarnya berasal dari sudut pandang yang salah. Mereka yang terus mengulanginya adalah orang-orang yang mengacaukan ilmu pengetahuan dengan filsafat materialis. Mereka yakin bahwa ilmu pengetahuan harus tetap berada dalam batas-batas materialisme, dan mereka yang tidak materialis tidak berhak membuat pernyataan apa pun. Namun, ilmu pengetahuan itu sendiri menolak materialisme.

 

 

Mengkaji materi tidak sama dengan

menjadi seorang materialis


Marilah, secara singkat, kita tentukan arti materialisme agar masalah ini dapat kita pelajari dengan lebih rinci. Materialisme adalah filsafat yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Dasar filsafat ini adalah gagasan yang menyatakan bahwa yang ada hanyalah materi. Berdasarkan filsafat materialis, materi sudah ada sejak awal, dan akan selalu ada untuk selamanya. Tidak ada sesuatu apa pun selain materi. Namun, pernyataan ini tidaklah ilmiah, karena tidak bisa diuji dalam percobaan dan pengamatan. Ini hanyalah suatu keyakinan, suatu dogma.
Akan tetapi, dogma ini berbaur dengan ilmu pengetahuan di abad ke-19, bahkan menjadi landasan berpijak bagi ilmu pengetahuan. Walaupun begitu, ilmu pengetahuan tidak harus menerima materialisme. Ilmu pengetahuan mengkaji alam dan jagat raya, dan hasil kajian tersebut tidaklah dibatasi oleh penggolongan filsafat apa pun.
Menghadapi hal ini, beberapa orang materialis sering membela diri dengan sekedar permainan kata. Mereka berkata, “Materi adalah satu-satunya bahan kajian ilmu pengetahuan, karena itu, ilmu pengetahuan haruslah bersifat materialis.” Ya, ilmu pengetahuan hanya mengkaji materi, tetapi “mengkaji materi” adalah hal yang sangat berbeda dengan “menjadi seorang materialis”. Sebabnya adalah, saat kita mengkaji materi, kita sadar bahwa materi mengandung pengetahuan dan rancangan yang begitu dahsyat, sehingga mustahil dihasilkan oleh materi itu sendiri. Kita paham bahwa pengetahuan dan rancangan tersebut adalah hasil karya sebuah kecerdasan, walaupun kita tidak bisa melihatnya secara langsung.
Sebagai contoh, bayangkanlah sebuah gua. Kita tidak tahu apakah gua itu pernah dimasuki orang atau belum. Jika, saat kita memasuki gua itu, yang ditemukan hanyalah tanah, debu dan batu, dapat kita simpulkan bahwa di sana tak ada apa-apa selain materi yang tersebar secara acak. Namun, apabila di dinding gua terdapat lukisan-lukisan yang bagus dengan warna-warni mengagumkan, dapat kita duga bahwa ada makhluk cerdas yang pernah masuk di gua itu sebelum kita. Mungkin kita tidak dapat langsung melihat makhluk itu, tetapi keberadaannya dapat kita simpulkan dari apa yang dihasilkannya.


Ilmu pengetahuan menentang materialisme


Ilmu pengetahuan mengkaji alam ini dengan cara yang sama seperti dijelaskan dalam contoh di atas. Jika semua rancangan di alam ini dapat dijelaskan dengan penyebab-penyebab yang bersifat materi semata, maka ilmu pengetahuan memperkuat materialisme. Namun, ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa di alam ini terdapat suatu rancangan yang tak bisa dijelaskan dengan penyebab bersifat materi, dan bahwa segenap materi mengandung suatu rancangan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.
Contohnya, semua percobaan dan pengamatan membuktikan bahwa materi itu sendiri tidak dapat menghasilkan kehidupan. Karena itu, makhluk hidup pastilah hasil dari sebuah penciptaan metafisik. Semua percobaan evolusionis ke arah ini berakhir dengan kegagalan. Kehidupan tidak mungkin diciptakan dari materi tak-hidup. Ahli biologi evolusionis Andrew Scott membuat pengakuan berikut mengenai masalah tersebut dalam jurnal terkenal New Scientist:
Ambillah sejumlah materi, panaskan sambil diaduk, dan tunggulah. Itulah Genesis versi modern. Gaya-gaya “dasar”, yakni gravitasi, elektromagnetisme, serta gaya ikat inti atom yang kuat dan lemah dianggap sebagai gaya yang menyempurnakan proses tersebut… Tetapi, seberapa jauhkah kisah yang disusun sangat baik ini telah benar-benar terbukti, dan seberapa besarkah yang masih berupa dugaan yang penuh harap? Sebenarnya, mekanisme dari hampir seluruh tahapan utama, dari zat-zat kimiawi pembentuk, hingga sel-sel yang paling awal diketahui, masih menjadi bahan persengketaan, atau, kalau tidak, pastilah merupakan kebingungan yang menyeluruh. 75
Akar kehidupan didasarkan pada dugaan dan perdebatan karena dogma materialis bersikeras menyatakan bahwa kehidupan merupakan hasil dari materi. Akan tetapi, fakta-fakta ilmiah menunjukkan bahwa materi tidak memiliki kekuatan seperti itu. Profesor Fred Hoyle, ahli matematika dan astronomi yang dianugerahi gelar kebangsawanan untuk sumbangsihnya bagi ilmu pengetahuan, memberi ulasan berikut tentang hal ini:
Jika terdapat sifat mendasar materi yang melalui suatu cara dapat mendorong sistem organik mengarah pada terbentuknya kehidupan, maka keberadaannya haruslah dapat diperlihatkan di laboratorium. Misalnya, seseorang bisa saja menggunakan bak kolam renang sebagai ganti “ramuan sop purba”. Isilah bak itu dengan zat-zat kimia non-biologis mana pun yang Anda sukai. Pompakan gas ke atasnya, atau ke dalamnya, sesuka Anda, dan sinarilah dengan radiasi jenis apa pun yang Anda kehendaki. Biarkan percobaan ini berlangsung selama setahun, dan lihatlah ada berapa dari 2000 tersebut (protein yang dibuat dan dihasilkan sel hidup) yang muncul dalam bak ramuan itu. Saya akan memberi jawabannya, dan ini akan menghemat waktu, tenaga dan biaya melakukan percobaan secara sungguhan. Anda tak akan mendapatkan apa pun, selain (mungkin) endapan berlendir terapung yang terdiri atas asam-asam amino serta zat-zat kimia organik sederhana lainnya.76
Sebenarnya, materialisme sedang menghadapi kesulitan yang lebih buruk. Materi tak bisa membentuk kehidupan, walaupun diberi waktu serta digabungkan dengan pengetahuan manusia – apalagi tanpa faktor-faktor tersebut.
Kebenaran, yang baru saja kita tinjau sekilas adalah kebenaran bahwa materi itu sendiri tidak dapat merancang dan tidak berpengetahuan. Namun, jagat raya dan makhluk hidup di dalamnya mengandung rancangan dan pengetahuan yang luar biasa kompleks. Ini menunjukkan bahwa rancangan dan pengetahuan dalam jagat raya serta makhluk hidup adalah karya Pencipta yang memiliki kekuasaan serta pengetahuan yang tak terhingga – Pencipta yang telah ada sebelum materi itu sendiri ada, serta menguasai dan mengendalikannya.
Jika kita teliti dengan cermat, inilah kesimpulan yang ilmiah sepenuhnya. Ini bukanlah “keyakinan”, melainkan kebenaran yang diperoleh sebagai hasil pengamatan akan jagat raya dan makhluk hidup yang menghuninya. Karena itulah, pendapat evolusionis “Evolusi adalah ilmiah, sedangkan penciptaan adalah keyakinan di luar wilayah ilmu pengetahuan” merupakan tipuan yang dangkal. Memang, pada abad ke-19, materialisme dikacaukan dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan terbawa ke luar jalur oleh dogma materialis. Namun, perkembangan selanjutnya, di abad ke-20 dan ke-21, telah sepenuhnya menggugurkan keyakinan kuno itu. Dan, kebenaran penciptaan, yang tadinya terhalang materialisme, kini pun tampak. Seperti jelas dinyatakan majalah terkenal Newsweek, dalam edisi 27 Juli 1998-nya yang bersejarah, dengan berita utama yang berjudul Science Finds God (Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan) – di balik penipuan materialis, ilmu pengetahuan menemukan Tuhan, Pencipta alam semesta dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
sumber: http://www.harunyahya.com/

Tidak ada komentar: