Ketika sebuah kesempatan emas terlewatkan, saya hanya diam dan tersenyum manis. Dan berkata ini setidaknya begini lebih baik .
“Kedudukan”, “jabatan” saya yakin semua orang menginginkanya,saya akui, saya juga menginginya, menurut saya itu wajar, tapi setelah kejadian beberapa bulan ini, kadar keinginanan itu menipis.
Saya heran hanya untuk mendapatkan pengakuan, jabatan, dan kekuasan ada yang memakai cara yang tak pantas untuk mendapatkan. Ada yang bersusah payah mencari muka di hadapan pemimpin agar dilihat dan dianggap, ada yang menjatuhkan sauadar-saudara yang katanya “seiman”, bahkan sampai memusuhinya.
teringat kembali kejadian itu,haha, raut wajah saya kembali sendu ketika mengingat semua kejadian itu. Tapi biarlah, setidaknya itu menjadi pelajaran hidup dan kenangan manis yang membuat pikiran saya terbuka.
Saya heran kepada mereka yang hanya karena jabatan kemudian merelakan kehilangan keluarganya, saudaranya, sahabatnya, dan temennya.Pernahkah mereka berfikir” mana temen-temen saya , setelah mereka mendapatkan jabatan dan mengancurkan tapi persauadaraan yang katanya se iman.(cukup untuk yang ini selebihnya ada dihati)
Hari itu saya senang sekali, temen dekat saya akhirnya terpilih menjadi ketua umum di salah satu lembaga kemahasiswa yang terbaik di Unila, ”selamat ya Bro”, kesenangan saya bertambah ketika pemimpin lk sebelumya terpilih menjadi orang nomor di Fkip Unila, setelah melewati perjalanan yang begitu panjang, melewati banyak sekali pisau-pisau tajam yang siap membunuh sapa saja, tak terkecuali saya, sempat salah pisau itu masuk ke hati saya dan saya tahu itu, anehnya saya membiarkan hal itu terjadi. :D
Kesenangan saya sempat terhenti ketika sebuah penyataan muncul dari beliau ”siap kan jadi sekum”,tolonglah dibantu teman mu itu. ”oke, saya cerna satu persatu kalimat dari beliau, sekum=sekertaris umum,awalnya sedikit ada rasa ingin, tapi ketika teringat hal itu semuanya sirna. kaliamat yang selanjutnya, tolonglah temen mu itu, jiah kakak ini tahu sekali kelemahan saya ketika kata “temen” dimunculkan. Waktu itu saya menjawab pikir-pikir dulu kk, yang artinya kemungkinan besar “tidak” karena salah satu sifat saya. Di hari hari selanjutnya setelah sholat dhuzur saya beretemu dengan temen saya itu dan berkata dengan tujuan yang sama “ menjadi sekum” tersenyum saya, ingin sekali bilang “tidak” waktu itu, akan tetapi ketika melihat wajahnya,timbul rasa ingin membantu. Dan kembali saya menjawab “saya pikir-pikir dulu ya mas”. Setelah sampai dirumah saya berfikir sematang mungkin akan keputusan yang saya ambil. Dan saya pilih itu.
Dihari itu, setelah pulang sholat jumat, saya sengaja pulang bareng dengannya, dan mencoba berbicara baik-baik akan keputusan saya, awalnya saya hanya diam, menunggu waktu yang pas, tak lama dia mengucapkan satu kaliamat seperti ini ”gimana kalo kadiv sosmas, sekdivnya yogi/ aima, seketika itu saya memberanikan diri untuk menjawab,”maaf, tidak untuk semuanya“, (banyak pertimbang-pertimbangan yang ambil yang pertama tujuan saya buat survive lagi di dunia itu, tujuan saya sudah tercapai, bahkan saya mendapatkan lebih banyak bonus istimewa dari target yang saya bayangkan, kemudian salah satu alasan lainya ada sedikit rasa trauma ketika mengingat sebuah cerita mengenai “kekuasaan”,”jabatan” karena ke 2 hal itu, sempat saya kehilangan temen-teman terdekat saya, saya sempat krisis kepercayaan dari banyak orang, yang paling saya ingat samapai saat ini adalah kata-kata malam itu yang membuat saya sangat terpuruk, saya saja tak menyangka kalimat-kalimat itu bisa keluar begitu saja dan itu sangat sakit sekali untuk saya). Saya sangat mengerti posisi mereka saat itu bagaimana, mungkin saya akan memberanikan diri untuk berkata “wajar”lah mereka seperti itu, tapi pernahkan terbesit dipikiran meraka saat itu “ kita teman ”.”kepercayaan” (sorry ini mah). Cuma itu sih yang saya sayangkan, kenapa bisa kejadian aja.. (kalo sekarang sih, karna salah pahamnya udah lurus kembali, ya biasa aja, bahkan bisa dikatakann lebih deket. Aganda jalan-jalan kepantai ditunggu ya. hahaha) dan atas dasar itulah yang membuat saya berfikir lebih baik saya kehilangan jabatan,kekuasaan daripada saya harus kehilangan sahabat-sahabatnya saya.
Dan pada
Akhirnya saya dapt tersenyum lagi.
Selamat ya mas bro, selamat menjalankan amanah baru, diusahakan membantu sebisa dan sekuat saya, jujur saya tidak suka terikat. Tapi kalo Urusan bantu-membantu temen, saya jagonya. Andalkan saja.
Berilah saya waktu jeda untuk menghilangakan pikiran saya mengenai kekuasaan mengahancurkan semuanya.
Saya pasti akan kembali dengan pribadi yang lebih baik lagi.
#sama-sama belajar ya, saling menyemangati
minta maaf juga sebelumnya