about my life
Waktu terus berjalan, belajarlah dari masa lalu,
bersiaplah tuk masa depan, selalu berikan yg terbaik untuk hari ini.
Selalu berpikir positif, jadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman hidup yg berharga tuk menjalani hari esok.
So buat temen-temen mari kita Bersahabat
follow me twitter @robin_ys
facebook http://www.facebook.com/robin.ys
bersiaplah tuk masa depan, selalu berikan yg terbaik untuk hari ini.
Selalu berpikir positif, jadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman hidup yg berharga tuk menjalani hari esok.
So buat temen-temen mari kita Bersahabat
follow me twitter @robin_ys
facebook http://www.facebook.com/robin.ys
Senin, 11 Februari 2013
”BERTEMAN DENGAN KEMATIAN”
Sore itu awan hitam menari-nari di atas langit. Burung-burung gereja pulang ke peraduanya, celoteh riuh burung-burung itu seakan ada sesuatu yang akan terjadi. Memang hari ini firasatku tidak enak, tapi biarlah. Dari luar kamar kostku terdengar beberapa orang hendak pulang ke rumahnya sambil membicarakan sesuatu, yang tak jelas kedengaranya. Karena suara mereka tersapu oleh kencangnya angin diluar. Mungkin hari ini tak ada harapan bagi bulan untuk menebarkan aura kedamaian di kegelapan malam.
”Andai kali ini hujan turun deras.” ucapku dalam hati.
Seketika itu titik-titik air jatuh membasahi bumi, seakan langit tunduk pada perintahku, semerbak bau tanah mewangi dikamar kostku setelah beberapa hari awan putih menguasai langit. Hujan kali ini terdengar aneh, walaupun hujan turun deras, tapi gemruh petir tak terdengar sama sekali, hanya beberapa kali kilat masuk ke kamar kostku.
”Sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini,” ucapaku dalam hati.
Tak lama dari itu terdengar sayup-sayup ketuk pintu dari luar.
”Bin, kau didalam. Aku ingin mendengar pendapatmu mengenai puisi yang aku buat, apa kau telah tertidur, bin... robin cepatlah udara diluar terlalu dingin ?” tanya rizky teman kost, tepat di sebelah kamarku dengan suara keras.
Sebenarnya aku malas, tapi apa boleh buat, selama dua bulan uang kostku ia yang membayar, tak apalah itung-itung balas budi. Toh aku hanya mendengarkan dan memberikan saran. Rasa malas lama–kelamaan menghilang, ku buka pintu kamar dan kusuruh ia masuk.
”Cepat, masuk nanti kamu masuk angin.” ucapku keras takut tak terdengar karena gemuruh hujan.
Rizky pun masuk sambil mengosok-gosok kedua tanganya,
“ lagian dia aneh, hujan sederas ini ia hanya memakai boxer pendek dan kaos tipis.
”Kau kemana saja, bisa mati kedinginan aku diluar, jika 3 detik lagi kau tidak membukakan pintu.” ucap rizky kesal.
”Maaf, aku tertidur karena hujan turun sangat deras, membuat tubuh ini rasanya ingin bermesraan dengan guling dan selimut hangat itu.” candaku.
”Begini bin, besok ada test membaca puisi di kelasku, aku takut jika puisiku ini jelek, tolong dengarkan aku dan tolong berikan pendapatmu ?” pinta Rizky
Rizky pun membaca puisinya,
Terkepak Sayap Mengintai Beribu Tatap
Mendekat Bisu Tersenyum Masam
Pandangan Tajam Menatap Pasti
Bak Elang Mengintai Mangsa
Sakit Sedih
Tubuh Menggeliat
Batin Meronta
Sakit Menyayat
Sakit Mengengat
Sakit Merayap
Bila Ku Tatap Mengerang
Bila Ku Tanya Menyerang
Tak ada yang mendengar
Ku Tak Bisa Menghalang
Semua Tak Bisa terulang
Cahaya Harapan Pudar
Sunyi Tertanam Kini
Sendiri Aku Seorang Diri
Aku Takut….. Aku Takut…..
Semerbak Kamboja Pengibur Lara
Mega Hitam Menutup Pandangan Netra
Gelap…Gelap Mencekap
Dalam Lubang Kecil Pengibur Jasad
”Bagaimana pendapatmu, bin?” tanya rizky.
”Cukup bagus, menurutku cara membaca puisimu juga bagus, delapan puluhlah untukmu.” ucapku.
”Kenapa hanya delapan puluh?” tanyanya lagi.
”Emm menurutku, tema puisi yang kau buat tidak cocok untuk umur sebaya kita, lagian tema kematian agaknya kurang menyatu dengan keseharian kita, alangkah baiknya jika puisimu bertema cinta, sahabat atau apalah, tapi jangan kematian. Aku yakin pasti puisimu lebih menarik. Emm aku sebagai pendengar kurang percaya pada kematian. Aku juga tak mau memikirkanya, lebih baik aku memikirkan hal lain,” ucapku tegas.
Seketika itu petir manyambar kaca kamarku,
”Ah, hujan semakin deras lebih baik aku pulang, gosok gigi, sholat terus tidur, kau sudah sholat bin?” tanyanya.
”Nantilah, aku malas, aku ingin lekas tidur, sudah berat sekali kepalaku, cepatlah pulang.” jawabku.
”Baiklah, terimakasih, akan kupertimbangkan saranmu. Oh ya lebih baik kau sholat dulu. Bagaimana jika kau mati sebelum sholat, bisa masuk neraka lo.”canda Rizky
”Sepertinya kau akan mati terlebih dulu, baru aku.”candaku.
Tawa lepas dari kami mengakhiri pertemuan pada malam itu, setelahku tutup pintu dan menguncinya, aku melapaskan badan ini ketempat tidur.
”Mati, apakah itu mungkin. Aku baru tujuh belas tahun, aku belum menikmati semua yang ada didunia, ahhh aku tak mau memikirkanya. Aku tak akan mati hari ini. Aku akan hidup seribu tahun, jika sudah seribu tahun, aku akan meminta hidup seribu tahun lagi, seperti puisi W.S Rendra”, pikirku dalam hati.
Entah bagaimana, tiba-tiba ada sebuah mahluk mendekat bisu, menatap tajam kearahku. Padahal pintu sudahku kunci rapat. Wujudnya besar, menyebabkan diriku terpaku dan kakiku tidak dapat digerakan. Aku terlalu takut dan bingung untuk dapat berteriak dan berlari keluar dari kamar ini.
”Si...Siapa kau ?” tanyaku terbata-bata.
”Aku adalah kematian.” jawab mahluk itu.
”Apa ?”
”Aku adalah kematian !” makluk itu mengulanggi kata-katanya dengan nada tinggi.
Hentakan suaranya menyebabkan seluruh helai rambutku terhempas oleh kekuatanya. Aku terdiam sejenak. Bulu kudukku berdiri, Seluruh kujur tubuhku mendadak menjadi lemah dan lunglai, Mukaku dalam sekejap berubah menjadi pucat pasi.
”Haahaaa ... makluk itu tertawa. Kenapa, takut ?”
Aka masih terdiam. Badanku bergetar merasakan kekuatanya yang sangat dasyat.
”Apa, apa... aku sudah saatnya ?” tanyaku pelan denagn terbata-bata.
Pandangan mataku tertunduk, sama sekali aku tak berani menatap makluk itu.
”Apakah ...”. Belum selesai aku bicara, mahluk itu memotong pembicaraanku.
”Tenanglah, kedatangan ku saat ini bukanlah untuk memisahkan ruh dan jasadmu.” ucap mahluk itu.
Wajahku sedikit cerah, Aku mengangkat daguku dan mengela nafas lega.
”Mengapa saat ini, hanya sedikit manusia yang mau berteman denganku?” tanya mahluk itu.
”Berteman denganmu?” tanyaku heran.
”Berteman dengan kematian. Saat ini banyak manusia yang memusuhi kematian. Enggan untuk mendiskusikan atau berbicara kematian. Padahal aku pasti akan mendatangani mereka suatu waktu. Manusia seakan-akan menggangapku tidak ada.
”Bagaimana cara berteman denganmu?”tanyaku heran
”Hmm... Mengapa manusia jarang sekali yang mau mengingatku. Bagaimana mereka ketika terbujur kaku di atas hamparan tanah dengan diselimuti beberapa lembar kain putih ? Bagaimana mereka terhampar di dalam ruang sempit, lembab dan pengap ? sendiri mereka sendiri.” melanjutkan ceritanya
”Karena kau adalah sesuatu yang tidak diharapkan, kau adalah pemutus kenikmatan, membuyarkan mimpi–mimpi indah manusia di dunia. Ketika kau datang, manusia harus melepaskan pakaian kesombongan mereka, manusia tidak lagi berada dalam kesenangan. Mereka akan kehilangan segalanya, kau sumber dari segala sumber kesedihan.” ucapku mantap.
”Bukan, kau salah ! Justru aku adalah teman yang dapat diandalkan untuk mengingatkan manusia. Aku adalah sahabat yang dapat menyadarkan manusia bahwa masih ada kehidupan setelah di dunia, tetapi mengapa manusia selalu tidak mau tahu?” tanyanya sinis
”Bagi sebagian manusia kau benar, tetapi bagi sebagian yang lain kau adalah sesuatu yang menakutkan. Manusia tidak mengingatmu, karena mereka takut meninggalkan dunia ini. Manusia yakin bahwa kamu ada dan pasti akan datang , tetapi mereka terlalu takut untuk memikirkanmu. Aku salah satu dari mereka.” jawabku terbata-bata.
”Manusia mau lari dari kenyataan. Munafik.” ucap mahluk itu
”Kalau ingin lari mungkin manusia akan lari dan tak akan kembali untuk bertemu denganmu. Manusia ingin menghindarimu, padahal tidak bisa, walaupun dengan cara apapun.” ucapku tegas
”Benar, karena aku adalah kepastian! Walaupun berada di dalam benteng yang kokoh, dalam keadaan terkunci rapat, dalam kondisi apapun, manusia pasti akan merasakan kematian.”jawabnya
”Mengapa manusia masih bisa berbuat dosa dan kemaksiatan, serta melupakan saat-saat bertemu denganku sebagai sarana untuk mempertanggungjawaban perbuatan mereka di hadapan Allah SWT ? Tahukah kau, ketika aku datang, dunia terasa tidak ada artinya. Harta, kedudukan, wanita, anak-anak, emas, perak. Semuanya terasa kecil dan tak berharga. Hanya iman dan amal soleh yang dapat manusia harapkan kelak di hari akhir. Apakah manusia tidak mengerti ? Apakah manusia tidak menyadari ? Aku tertunduk diam mendengarkan setiap kata yang dilontarkan oleh mahluk itu. Andaikan manusia mengetahui kegelapan dan kepekatan neraka. Andai manusia mengetahui lembah jahanam, keburukan ahli neraka, minuman dan makan ahli neraka. Kelak mereka akan lebih banyak menangis dan terus menerus beribadah dan tidak akan mau berbuat kemaksiatan.Andai manusia tahu.” mahluk itu meneruskanya.
Pandangan mataku tertunduk, sama sekali aku tak berani menatap makluk itu. Aku rasa ucapannya benar, tapi masih ada sedikit keraguuan dalam hatiku. Entah apa ? Aku semakin bingung, Aku mencoba untuk bangun , mungkin aku berminpi.
”Kau masih ragu pada kematian,” ucapnya.
Aku diam seribu bahasa. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku coba untuk bangun, walaupun aku tak yakin ini mimpi.
”Kau ingin ikut denganku, kau masih ragukan terhadap kematian” kata mahluk itu.
”Aku tak tahu, tapi kemana?” tanyaku
”Sudahalah ikut saja bersamaku, kau akan kekal disana. Pegang tanganku dan tutuplah matamu” jawabnya.
Tanpa sadar aku mengikuti perintahnya. Aku tak tahu apa sebenarnya ini, saatku menyentuh tanganya, badan dan rohku seakan terpisah, sakit perih rasanya, seakan aku sedang dikuliti seperti hewan-hawan kurban. mataku nanar, pandanganku pudar, aku seakan terbang . Sayup-sayup aku melihat ragaku sedang terbujur kaku di tempat tidur . Aku ingin kembali tapi aku seakan tunduk pada perintahnya, mataku semakin nanar, setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi.
”Kau boleh buka matamu sekarang.”ucapnya santai
”Sekarang...” kataku.
”Iya, lihatlah.”
Perlahan ku buka mataku , remang-remang kemilau cahaya masuk, terasa begitu damai dalam hati, kulihat sebuah terowongan panjang yang belum pernah kulihat, terowongan ini begitu terang, bisa-bisa mataku rusak melihatnya.
”Dimana aku,” kataku heran.
”Jalan menuju keabadian.” ucapnya tenang.
”Apa...apakah ini akhirat, apakah semua ini jalan yang dilalui oleh orang mati menuju akhirat.” tanyaku.
Makluk itu diam, bisu tak menjawab.
”Mengapa kau diam, kau sudah berjanji untuk tidak mengambil nyawaku kan.” ucapku marah.
”Sudalahlah jangan kau pikirkan lagi, kau sudah disini bukan.” jawabnya
Aku terdiam bingung, aku merasa takut jika ini benar-benar kematian. Selama ini aku selalu melalaikan sholat, Aku selalu menggangap agama adalah formalitas belaka, Aku selalu menganggap mati akan datang jika aku sudah tua. Bagaimana jika akau diminta pertanggungjawaban atas semua kelakuanku didunia. Aku punya apa ? Bagaimana jika mereka memasukkan aku ke neraka ? Aku tak sanggup untuk itu . Mengapa penyesalan selalu datang belakangan. Ya allah tolong aku...
”Kenapa, kau takut. Beginilah manusia , jika sudah terjepit baru ingat allah, selama ini kau kemana saja?”
Aku masih terdiam bingung, aku masih merasa takut jika ini benar-benar kematian.
”Tolong aku, aku takut...aku takut.” rengekku.
”Haaa...haa...,sekarang kau sudah yakin jika kematian akan mengikuti kau setaiap waktu.” tanyanya
Aku hanya tersenyum dan mengeleng pasti, karena aku yakin ini mimpi. Jika ayam sudah berkokoh pasti aku akan terbangun.
”Kau anggap ini mimpi, kau salah besar, ini sebuah kenyataan, ku kira kau sudah sadar, tapi aku salah, kau sama saja dengan manusia-manusia lainya, ” katanya
Senyum manisku berubah menjadi rasa takut yang benar-benar takut, yang belum pernahku rasakan. Ragaku terasa kaku, kakiku bergetar.
”To..tolong aku ingin pulang ke duniaku. Aku ingin bertemu dengan orang tuaku, teman-temanku. Aku ingin meminta maaf pada mereka, selama ini aku telah banyak berbuat salah. Tolong pulangkan aku, aku takut.. aku takut.., apa bekalku apabila tiba saatnya hati pertimbangan amal, aku sadar selama ini lebih banyak kemaksiatan yang kuberbuat, aku sering melalaikan sholat, jarang puasa dan bersedekah. Aku sering melalaikan perintah Allah, aku takut masuk neraka, aku tak akan sanggup untuk menjalani kehidupan itu. Aku begitu menyesal, Aku tahu selama ini aku terlalu sombong. Tolong berikan aku kesempatan sekali lagi.” ucapku.
”Emm,apakah kau serius dengan ucapanmu ?” tanyanya
”Mungkin kau tak akan percaya, tapi sungguh aku tulus, aku ingin memperbaiki diriku, aku kasihan terhadap diriku apabila raga ini masuk ke neraka jahanam. Aku tak akan memaafkan diriku, apabila itu benar-benar terjadi.” pintaku.
”Aku tak dapat membantu, karena tugasku hanya menjemput dan mengantarkan. Mungkin ini cara satu-satunya jika kau ingin kembali. Itupun tanpa aku, kau harus berusaha sendiri .” ucapnya.
”Bagaimana, tolong beri tahu aku. Bagaimana caranya ?”tanyaku sambil merengek.
”Emm mungkin ini kesalahan terbesarku, tapi biarlah. Untukmu manusia yang ingin bertobat.” katanya
”Kau sungguh baik sobat, kau memang sahabat terbaik manusia. Sahabat yang selalu setia mengigatkan, sahabat yang selalu mengikuti kapanpun dan dimanapun. Karena sekarang aku yakin kematian itu selalu mengikuti manusia. Aku tak akan mengecewakanmu. Aku berjanji.” katanya
”Ini adalah cara yang tak mudah, kau hanya mempunyai satu kesempatan untuk membukanya.” kata mahlik itu.
”Apa... aku tak mengerti maksudmu ?” tanyaku heran
”Berjalanlah kau lurus kedepan, jika kau menemukan sebuah gerbang berwarna emas, itulah caramu untuk pulang, akan tetapi gerbang itu terkunci, aku sendiri tak tahu dimana kunci itu berada, yang aku tahu kunci itu berada di dekat gerbang itu . Cepatlah waktumu tak banyak, jika kau terlambat sedikit saja kau akan abadi hidup di sini selamanya.
Aku berlari dengan sekuat tenaga, tak menoleh sedikitpun ke belakang, terdengar sayup-sayup mahluk itu berkata, tapi aku terus berlari. Dalam benakku hanya ada gerbang dan kunci....hanya ada gerbang dan kunci....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar